
Jateng, Tropongnews.com- untuk membudayakan masyarakat membaca, dan khususnya bagi generasi muda. Bunda Literasi Jawa Tengah, Hj Nawal Arafah Yasin, mengajak 150 siswa dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga perguruan tinggi, untuk berpartisipasi dalam kegiatan membaca buku dengan model “silent reader”. Rabu, (07/05/2025).
Acara yang di gelar di gedung Wisma Perdamaian (Wisper) pada (06/05) ini, para siswa didorong untuk membaca buku koleksi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah selama 20 menit.
Setelah itu, para pelajar juga diminta untuk menceritakan kembali isi buku yang telah dibacanya. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan proses membaca, tetapi juga mengevaluasi kemampuan para siswa dalam menyerap dan mengolah informasi.
“Ini yang menarik karena para siswa sudah memiliki kemampuan untuk menyampaikan pendapat dan mengolah hasil bacaan termasuk bisa berfikir bagaimana menghadapi situasi pada dirinya melalui buku yang dia baca,” ucap Ning Nawal, sapaan akrab Bunda Literasi Jateng.
Selain itu, kegiatan ini juga diiringi dengan salam literasi dan flashmob literasi yang membuat suasana menjadi lebih meriah.
Bahkan, Bunda Literasi kagum dengan kemampuan para siswa menyerap informasi dan mengolahnya untuk menceritakan kembali buku yang telah dibacanya.
Tak hanya itu, gerakan membaca ini akan dilanjutkan di 35 kabupaten/kota lainnya, dengan Bunda Literasi yang hadir di setiap lokasi.
Lebih lanjut, Ning Nawal mengingatkan bahwa literasi sejauh ini hanya dimaknai sebagai baca tulis semata. Padahal, literasi berarti kemampuan untuk menyerap dan mengolah informasi yang bermanfaat bagi kehidupan.
Tantangan yang dihadapi adalah adanya kecenderungan anak-anak lebih senang menggunakan gadget. Namun, Ning Nawal yakin bahwa tantangan ini dapat diatasi dengan pengembangan literasi yang tepat.
“Perpus digital nasional nantinya sudah bisa serupa dengan medsos. Bisa sharing, komentar dan interaksi,” ungkapnya.
Menurutnya, tantangan yang lebih berat lagi adalah bagaimana literasi dikembangkan dengan menghadapi situasi yang ada.
“Belum tamat tulis dan baca sudah harus menghadapi literasi digital. Anak-anak dituntut harus tahu mana yang kredibel dan mana informasi yang tidak kredibel,” tutur, mantan pemimpin Umum Majalah Pesantren itu.
Dalam kesempatan tersebut, Ning Nawal sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Jateng.
Hadir juga dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Kepala Arsip dan Perpustakaan Jateng, De Francisco Da Silva Tavares serta para guru dari sejumlah sekolah dan mahasiswa PT yang ada di Kota Semarang.
Terakhir, Ia, mengajak kembali kepada para pelajar untuk menyenangi satu buku terlebih dahulu, kemudian dibaca dan diselami. Selama 24 jam dalam sehari, harus memiliki alokasi untuk membaca buku dan menulis untuk meningkatkan literasi.
“Semangat terus untuk membaca dan menulis karena melalui tulisan kita akan dikenal oleh sejarah,” tandasnya.