BLORA, TROPONGNEWS.COM – Seni tradisional Blora di Jawa Tengah semakin terpinggirkan di tengah derasnya arus modernisasi dan teknologi.
Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah, Abdullah Aminudin, menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut, terutama terhadap kesenian tradisional seperti jidor dan ketrung yang nyaris tak lagi mendapat perhatian.
“Jadi, kita ikut prihatin tentang seni tradisional seperti jidor dan ketrung. Dimana untuk tanggapan sudah tidak ada. Oleh karena itu, kita bersama Lesbumi berupaya agar seni budaya tradisional yang hampir punah ini bisa muncul, hidup, dan bergairah kembali,” ujar Aminudin di Gedung NU Blora. Jumat malam, 31/1/2024.
Dalam kesempatan tersebut, Aminudin juga menyoroti pentingnya mainan tradisional bagi anak-anak di era digitalisasi yang kian masif.
Ia menilai, jika alat-alat tradisional seperti ketapel diberi sentuhan seni dan teknologi, maka dapat menjadi karya yang bernilai ekonomi sekaligus mempertahankan warisan budaya.
“Alat-alat tradisional seperti ketapel dan lainnya kalau dihidupkan, menurut saya, jika disentuh dengan seni dan teknologi maka akan menghasilkan karya dan menjadi komoditas,” jelasnya.
Menyambut bulan Ramadhan, politisi PKB ini juga mendorong kesenian tethek dengan menggelar festival yang melibatkan UMKM dan kelompok seni budaya.
Hal ini dianggap penting agar seni tradisional tidak sekadar dikenang, tetapi juga kembali menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
“Selain itu, bersama Lesbumi kami menggagas adanya Festival Permainan Anak-Anak Tempo Dulu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Aminudin menyoroti minimnya perhatian generasi muda terhadap sejarah dan lingkungan.
Menurutnya, tantangan zaman tidak boleh menjadi alasan untuk melupakan sejarah, justru harus menjadi pemacu untuk melestarikannya.
Sebagai wujud kepedulian, tandas Aminudin pihaknya berkolaborasi dengan Lesbumi untuk mengundang sejarahwan dan pecinta budaya agar mereka merasa dihargai dan tetap bersemangat melestarikan seni tradisional yang nyaris punah.
“Saya ingin generasi muda mengenal sejarah dan tradisi. Setidaknya di sekolah, muatan lokal tetap ada. Walaupun sekarang eranya IT dan AI, jika tradisional masih hidup, akan menambah khasanah budaya kita,” tegasnya.