Happy Salma : “Saya Cukup Gugup, Tapi Saya Sangat Senang Sekali”

banner 120x600
Pementasan Monolog Nyai Ontosoroh, yang diperankan Happy Salma. (Dok : Humas Pemkab Blora).

Jateng, Tropongnews.com- Aktris kawakan pemeran, penyanyi, sekaligus produser harus gugup saat memerankan Nyai Ontosoroh di rangkaian Seabad Pramoedya Ananta Toer di pendapa rumah dinas Bupati Blora, Jawa Tengah, pada Jumat (07/02/2025) malam.

Kegugupan artis kawakan tersebut lantaran manggung di tempat kota kelahiran Pramoedya Ananta Toer, yakni kabupaten Blora yang terkenal dengan julukan kota minyak dan jati. Dan, usut, tak usut artis ini adalah Happy salma.

Bahkan, penampilannya dalam monolog Nyai Ontosoroh tersebut disaksikan langsung oleh Bupati Arief Rohman, Bunda Aini yang sekaligus Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) kabupaten Blora, masyarakat, mahasiswa, pelajar, Pramis (penggemar), serta juga keluarga Pramoedya Ananta Toer.

“Biar bagaimanapun ini pertama kali saya mementaskan di Blora, tempat kelahiran Pramoedya yang menciptakan tokoh Nyai Ontosoroh ini. Saya cukup gugup tapi saya sangat senang sekali,” ucap, Salma, sapaan akrab aktris kawakan, kelahiran 4 Januari 1980 itu.

Ia, juga tak menampik jika butuh waktu kurang lebih sebulan untuk kembali mendalami karakter Nyai Ontosoroh, setelah terakhir kali memainkannya sekitar delapan tahun lalu.

Bahkan, di akhir penutupan monolog, dirinya pun lantang bersuara dengan kalimat menggema yang membuat seluruh penonton di pendopo merinding.

“Namun kami tidak kalah, sebab kami telah melawan dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya,” tegas gemanya.

Terlepas dari itu, meski mengaku gugup, aktris kawakan Happy Salma hadir memerankan Nyai Ontosoroh penuh penghayatan. Bahkan, dengan ditemani dua kursi kayu, meja sederhana dengan koper tua di atasnya, serta alunan musik lirih mengiringi tiap ucapnya, membuat para penonton kembali terasa ke masa lampau.

Hal tersebut, dikarenakan Happy Salma membawakan peran kisah seorang perempuan pribumi yang menolak tunduk pada tirani kolonial. Dan, pementasan monolog ini diadaptasi dari novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer ini Disutradarai oleh Wawan Sofwan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *